Tampilkan postingan dengan label budaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label budaya. Tampilkan semua postingan

Mari Jadikan Momen Idul Fitri 1446 H ini Sebagai Awal Untuk Memulai Melawan Ketakutan.

Gambar: Keluarga besar Muhamad Sarman, dalam Momen Idul Fitri 1446 H

Suwarakita.com (1/4/2025) - Ketakutan adalah bagian alami dari kehidupan, tetapi jika tidak dihadapi, ketakutan bisa menjadi penghalang bagi pertumbuhan dan kesuksesan. 

Gambar: Muhamad Sarman & Diyatini, Mengucapkan Selamat Idul Fitri 1446 H, Mohon Maaf Lahir&batin

Ada beberapa tips langkah konkret untuk melawan ketakutan dan membangun keberanian:
1. Kenali dan Akui Ketakutan, Sadari apa yang membuat kita takut. Tuliskan ketakutan tersebut secara spesifik agar lebih mudah dianalisis.

2. Pahami Akar Ketakutan, Apakah ketakutan itu muncul karena pengalaman buruk di masa lalu, kurangnya kepercayaan diri, atau sekadar ketakutan akan hal yang belum diketahui?

3. Ambil Langkah Kecil, Jangan langsung menghadapi ketakutan dalam skala besar. Mulailah dengan langkah-langkah kecil. Misalnya, jika takut berbicara di depan umum, coba latihan berbicara di depan cermin atau dengan teman terlebih dahulu.

4. Ganti Pikiran Negatif dengan Pikiran Positif, Ubah pola pikir dari “Saya tidak bisa” menjadi “Saya akan mencoba dan belajar.” Fokus pada kemungkinan sukses, bukan kegagalan.

5. Hadapi dan Lakukan, Semakin sering kita menghindari ketakutan, semakin besar ia tumbuh. Sebaliknya, semakin sering kita menghadapinya, semakin kecil ketakutan itu terasa.

6. Belajar dari Kesalahan, Jangan takut gagal. Anggap kegagalan sebagai pengalaman belajar yang membantu kita menjadi lebih baik.

7. Kelilingi Diri dengan Dukungan Positif, Bergaul dengan orang-orang yang mendukung dan memberi semangat akan membantu kita merasa lebih berani.

8. Visualisasikan Kesuksesan, Bayangkan diri kita berhasil mengatasi ketakutan itu. Teknik ini bisa meningkatkan rasa percaya diri.

9. Gunakan Teknik Relaksasi, Latihan pernapasan, meditasi, atau olahraga ringan dapat membantu mengurangi kecemasan saat menghadapi ketakutan.

10. Terus Berlatih dan Bersabar, Keberanian tidak datang dalam semalam. Dibutuhkan latihan dan konsistensi agar semakin kuat dalam menghadapi ketakutan.

Dengan momen  Idul Fitri 1446 H ini mari kita menerapkan langkah-langkah uraian penjelasan diatas poin 1 sampai dengan poin 10, karena di momen ini bukan tidak mungkin kita bakal bertemu dengan orang orang baru yang sebelumnya tidak kita kenal.

Dan kita juga bertemu dengan kawan lama yang pulang mudik dengan serta merta ia akan bercerita tentang kesuksesan mereka, Nah, disaat itulah mari kita uji diri kita untuk menghadapi rasa takut dan minder, dalam menanggapi ceritanya. 

Insya Allah kita bisa mulai membangun keberanian secara bertahap dan melangkah menuju kehidupan yang lebih bebas dari rasa takut, terutama takut  berpendapat, Selamat Hari Raya Idul Fitri 1446 H Semoga kita semua mendapatkan berkahNya. 
(Penulis: MSar) 



Pembagian Takjil di Jl. Candi Ampel, Wujud Kepedulian Masyarakat Sambut Bulan Puasa

Pembagian Takjil di Jl. Candi Ampel, Wujud Kepedulian Masyarakat Sambut Bulan Puasa

Candi,suwarakita (26 Maret 2025) – Dalam rangka menyambut bulan suci Ramadan, gabungan tokoh masyarakat Desa Candi menggelar aksi sosial berupa pembagian takjil kepada pengguna jalan. Kegiatan ini berlangsung secara spontan pada Rabu (26/3) pukul 16.30 WIB di Jl. Candi Ampel.

Acara ini melibatkan berbagai elemen masyarakat, antara lain Linmas Desa Candi, tokoh agama (Toga), tokoh masyarakat (Tomas), serta mahasiswa dari Samara Tungga Kaligentong Gladagsari. Dengan mengusung tema "Bersama Rakyat, TNI Kuat", sekitar 50 orang turut serta dalam kegiatan yang bertujuan untuk berbagi kebahagiaan kepada sesama.

Selain membagikan takjil kepada para pengguna jalan, kegiatan ini juga menjadi ajang silaturahmi dan bentuk kepedulian sosial terhadap masyarakat yang sedang menjalankan ibadah puasa. Para peserta berharap kegiatan semacam ini dapat terus dilakukan di tahun-tahun mendatang untuk mempererat kebersamaan dan semangat gotong royong di tengah masyarakat.

Salah satu tokoh masyarakat yang hadir menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan wujud nyata kepedulian terhadap sesama, khususnya bagi mereka yang masih berada di perjalanan saat waktu berbuka puasa tiba.

"Kami berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilakukan dan menjadi inspirasi bagi masyarakat lain untuk saling berbagi dan peduli," ujarnya.

Dengan semangat kebersamaan, acara pembagian takjil ini berlangsung dengan lancar dan penuh kehangatan. Masyarakat yang menerima takjil pun tampak antusias dan berterima kasih atas kepedulian yang diberikan.
Editor : Muhamad Sarman

Warisan: Antara Sakralitas dan Keserakahan

Warisan: Antara Sakralitas dan Keserakahan


Oleh : Muhamad Sarman. 

π™Žπ™ͺπ™¬π™–π™§π™–π™†π™žπ™©π™– - Harta warisan seharusnya menjadi peninggalan yang membawa keberkahan bagi keturunan, bukan justru menjadi sumber perpecahan. 

Ironisnya, sering kali perebutan warisan lebih menonjol daripada penghormatan kepada pewaris yang telah tiada. 

Sakralnya warisan bukan hanya terletak pada nilai materinya, tetapi juga pada nilai moral dan kebijaksanaan dalam membaginya.

Banyak keluarga yang awalnya harmonis berubah menjadi medan konflik ketika harta mulai diperebutkan. Rasa hormat kepada orang tua yang telah berjuang mengumpulkan harta terkadang terlupakan, digantikan oleh keserakahan dan tuntutan yang tak ada habisnya. 

Mediasi gagal, hubungan saudara retak, dan bahkan hukum pun kerap menjadi wasit dalam sengketa yang seharusnya bisa diselesaikan dengan musyawarah.

Yang lebih menyedihkan, dalam perebutan ini, sering muncul fitnah dan tuduhan yang tidak berdasar, hanya demi mendapatkan bagian lebih besar. Bukan hanya harta yang dipertaruhkan, tetapi juga harga diri dan nama baik keluarga.

Pada akhirnya, pertanyaannya adalah: apakah warisan itu benar-benar berkah jika harus diperoleh dengan saling menyakiti? Bukankah yang lebih berharga adalah menjaga hubungan baik, sebagaimana pewaris menginginkannya saat mereka masih hidup? 

Jika warisan adalah bentuk kasih sayang pewaris kepada ahli warisnya, mengapa justru ahli waris menjadikannya alasan untuk bermusuhan? Salam Nalar Akal Waras.