Opini Publik : Peran Seorang Pendukung Pasca Pilkada Idiologis atau Pragmatis.

JIYONO, Keluarga Besar Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) Jawa Tengah

Suwarakita, Boyolali, (13/3/2025) - Siapa saja yang merasa menjadi seorang pendukung yang Idiologis saat pilkada, tentu tidak berharap lebih kecuali mengharapkan terciptanya penerintahan yang baik. 

Karena sebagai Pendukung yang Idiologis (pendukung yang sejati) masih banyak PR yang harus di kerjakan pasca pilkada, yaitu mengawal jalannya pemerintahan, ada beberapa aspek yang harus di perhatikan sebagai seorang pendukung yang idiologis. 

1. Menjaga Stabilitas dan Persatuan :
Tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang dapat memecah belah bangsa. Mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan kelompok atau individu.

2. Mengawasi dan Mengkritisi Kebijakan Pemerintah : 
Mendukung kebijakan yang benar-benar berpihak pada rakyat. Memberikan kritik dan masukan secara konstruktif jika ada kebijakan yang merugikan masyarakat.

3. Berpartisipasi dalam Pembangunan :
Mendukung program ekonomi, sosial, dan infrastruktur yang dicanangkan pemerintah. Berkontribusi dalam bidang masing-masing, seperti UMKM, pertanian, pendidikan, atau teknologi.

4. Membantu Pemerintah dalam Menangani Isu Sosial : 
Aktif dalam kegiatan sosial untuk membantu sesama. Membantu menyebarkan informasi yang benar dan tidak terjebak dalam hoaks.

5. Menjaga Kemandirian Ekonomi : 
Mengutamakan produk dalam negeri untuk mendukung ekonomi nasional. Tidak bergantung sepenuhnya pada bantuan pemerintah, tetapi ikut serta dalam menciptakan peluang ekonomi.

6. Berperan Aktif dalam Demokrasi :
Menggunakan hak pilih dengan bijak pada pemilu mendatang. Mengawal janji-janji kampanye agar benar-benar dilaksanakan.

Bagaimanapun juga, pemerintahan yang baik butuh partisipasi aktif dari para pendukungnya dan masyarakat, bukan hanya sekadar dukungan buta. 

Namun, tidak semua pendukung adalah idiologis, ada juga pendukung yang pragmatis  (pendukung yang kecewa, pendukung yang sakit hati) dimana kelompok ini sering disebut kelompok sakit hati, karena tidak mendapatkan posisi seperti yang di janjikan atau yang di harapkan saat proses kampanye, 

Kelompok Pendukung Pragmatis (Yang Kecewa/Sakit Hati) karena tujuan Mereka berharap mendapat jabatan, proyek, atau keuntungan politik setelah kemenangan. Ketika tidak mendapat tempat, mereka merasa dikhianati dan kecewa.

Fenomena ini selalu terjadi setelah pilkada usai,, terutama di kubu yang menang. Banyak kader dan relawan yang merasa sudah "berjuang mati-matian" dan berharap imbalan. Jika tidak mendapat tempat, mereka bisa frustrasi, menjadi barusan sakit hati. 




Share this

Related Posts

Previous
Next Post »
Add Comments


EmoticonEmoticon