Mengutip Pernyataan Mahfud MD di (FAJAR.CO.ID 15/3/2025) Pakar hukum sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Prof. Mahfud MD, menyoroti bahwa "Pemberantasan korupsi di Indonesia masih belum merata dan cenderung hanya menyasar individu tertentu."
Ia bahkan menyebut bahwa mereka yang tertangkap dalam kasus korupsi hanyalah orang-orang yang "apes" atau kurang beruntung.
Penulis merispon, Memang menyedihkan melihat bagaimana korupsi di Indonesia seperti lingkaran setan yang sulit diputus. Jika benar seperti yang dikatakan Mahfud MD—bahwa hanya yang "apes" yang ditangkap—maka keadilan masih jauh dari harapan. Seharusnya hukum bisa menindak siapa pun yang korup, tanpa pandang bulu.
Dari perspektif rakyat kecil, kondisi ini makin bikin frustrasi. Harga kebutuhan pokok terus naik, sementara koruptor besar masih bisa melenggang bebas. Yang mencuri sedikit karena terpaksa bisa dihukum berat, tapi yang merampok uang rakyat dalam jumlah besar justru punya banyak cara untuk lolos.
Kalau situasinya seperti ini terus, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah dan hukum bisa semakin hancur. Menurutmu, adakah harapan agar pemberantasan korupsi bisa benar-benar merata?
Mahfud MD memang sering bicara blak-blakan soal korupsi, dan itu yang bikin banyak orang respect sama dia. Tapi masalahnya, selama sistemnya masih bisa "pilih-pilih" dalam menindak korupsi, sulit rasanya berharap ada perubahan besar.
Harusnya ada gebrakan serius, bukan cuma menangkap yang "apes," tapi benar-benar membersihkan sistem dari akar-akarnya. Selama masih ada kepentingan politik yang melindungi para koruptor kelas kakap, hukum hanya akan jadi alat untuk menghantam lawan, bukan menegakkan keadilan.
Sekuat apa pun tokoh yang berjuang melawan korupsi, kalau rakyatnya sendiri masih terpecah dan mudah dipengaruhi, perubahan sulit terjadi. Yang lebih parah, banyak rakyat yang sudah capek dan pasrah, sementara sebagian lagi malah membela penguasa meskipun jelas ada masalah.
Di kondisi seperti ini, penguasa justru makin diuntungkan. Mereka bisa terus berkuasa karena oposisi lemah, rakyat sibuk berdebat sendiri, dan isu besar seperti korupsi jadi tenggelam oleh konflik yang diciptakan untuk mengalihkan perhatian.
Jadi, kalau mau perubahan nyata, rakyat harus lebih sadar dan kompak. Tapi pertanyaannya, bagaimana cara menyadarkan rakyat yang sudah terlanjur terbagi? (Penulis : MSar/Para legal Kantor Hukum Hide law Associate Surakarta)